ContohPuisi tentang Pahlawan yang Membangkitkan Semangat. 1. Mari Jenderal. Pada tapal terakhir sampai ke Jogja. bimbang telah datang pada nyala. langit telah tergantung suram. kata-kata berantukan pada arti sendiri. Bimbang telah datang pada nyala. dan cinta tanah air akan berupa. Ibuku bernama Lastri, usianya enam puluh lima tahun Natal ini. Itulah mengapa aku selalu pulang saat Natal. Merayakan kelahiran Ibu, pahlawanku, pelindungku di dunia. Waktu mancakrida kelas dua SMA, aku berkenalan dengan kakak pemberi materi yang kini jadi bosku di LSM Kusuma. Dialah yang menyadarkanku bahwa perempuan tercipta begitu kuat. Tema cerpen pun bermacam-macam, mulai dari cerpen singkat bermakna tentang kehidupan, cerpen singkat bermakna tentang pendidikan, sampai cerpen singkat persahabatan. Di warung ibuku." Usul Upik gadis yang telah membuat sepatu Raisa kotor. "Iya udah deh. Ayo. Cepetan tunjukin jalan. Kamu jalan duluan aja di depan." Perintah Raisa. Oleh Yanti Simanjuntak H. Carm. Kado Kecil untuk Ibu-Embun jatuh perlahan seiring fajar menyapa dedaunan. Dunia kecil bangun perlahan menyambut hari yang indah, namun bagiku menyambut pagi adalah sesuatu yang menyedihkan. Setiap kali aku membuka mata belum pernah sekalipun kutemukan sosok pahlawanku didekatku. Boleh Baca: Teks Ceramah tentang Berbakti kepada Ibu Singkat dan Menyentuh Hati Jujur, kita sangat sedih melihat fakta tersebut. Dan sekarang, tepat pada 22 Desember 2022 orang-orang mulai banyak meninggikan kebaktian kepada Ibu terutama dengan menyiapkan hadiah dan surprise untuk para Mama. 13 Contoh Cerpen Persahabatan. Berikut adalah beberapa contoh cerpen tentang persahabatan atau cerpen singkat persahabatan yang bisa kamu jadikan inspirasi. 1. Cerpen Remaja Persahabatan. Tersedia cerita sahabat khusus remaja atau contoh cerpen pertemanan remaja yang enak untuk dibaca, yuk simak di bawah ini. TkIbI. Cerpen Adapun Pertemanan – Cerpen yaitu keseleo satu jenis karya sastra yang cukup banyak ditemui dibuku-buku terutama internal rahasia les bahasa Indonesia. Walaupun demikian, sahaja kebanyakan cucu adam ataupun peserta masih mamang dalam mendefinisikan barang apa itu cerpen. Comar mungkin, jika orang atau siswa diberi pertanyaan apa itu Cerpen? tentu sebagai besar akan menjawab cerita pendek. Memang cerpen adalah singkatan terbit cerita pendek. Lalu barang apa itu cerpen selayaknya? Definisi cerpen nan terdapat kerumahtanggaan beberapa buku dapat dimaknai sebagai sebuah karya prosa fiksi yang dapat selesai dibaca sekali duduk dan ceritanya dapat membangkitkan efek atau pikiran tertentu dalam diri pembacanya. Pengertian cerpen atau cerita sumir yakni sebuah catatan pendek berbentuk prosa, yang didalamnya mengisahkan sepengah kisah nasib sendiri tokoh, baik berupa friksi, kejadian, da pengalaman hidup yang enggak bisa dilupakan bikin tokohnya dan rata-rata diakhir kisahan akan ada solusi berpokok permasalan tersebut. Tokoh dalam cerpen koteng tak mengalami sebuah pergantian semangat. Sesuai dengan namanya, cerita pendek menggunakan ciri bahasa yang serba pendek, baik itu internal peristiwa yang diceritakan, isi, dan kata yang digunakan. Cerita pendek mempunyai kata yang rendah berpunca kata. Selain itu ciri partikular berpokok sebuah cerpen yaitu tetapi memberikan sebuah kesan tuggal serta mengesakan diri pada pelecok suatu tokoh cerita dan hanya suatu situasi tetapi. Cerpen sendiri memiliki banyak sekali tema, dari semua tema tersebut mungkin nan minimal banyak dicari yaitu mengenai tema perkawanan. Karena perkawanan atau pertemanan adalah suatu istilah yang mengambarkan mengenai partisipasi yang baik, saling mendukung antara dua manusia atau lebih internal interaksi sosial. Daftar Isi 7 Kamil Narasi Ringkas Adapun Persahabatan Terbaik Kepergian Sahabatku Persahabatan Yang Hancur Karena Cinta Kado Terakhir Lakukan Sahabat Cerpen Sahabat Selamanya Waktu Ini Nanti Dan Selamanya Persahabatan 3 Serangkai Yang Mulai Memudar Sahabatku 7 Contoh Cerita Pendek Tentang Persahabatan Terbaik Nah, berikut 7 hipotetis cerita pendek alias cerpen akan halnya pertemanan yang bisa Anda kutip atau jadikan referensi. Kepergian Sahabatku Dia sering mengajakku kerumah-nya, dan aku pun sering mengajak nya kerumahku. Ia bernama Dinda dan aku bernama Dita. Aku gemar bercerita tentang hidupku kepadanya, itu karna dia bisa memberiku selang dan membuatku atma, sungguhpun di ejek padanan-temanku. Dinda adalah tipe orang peceria, ia selalu ceria biar cak semau nan nakal kepada-nya alias jail,enggak seperti aku Hanya di ejek aja aku sudah merasa… eeeeehhhhmmmm. Lega suatu hari Dinda mengajakku jalan-jalan ke kancah bermain, aku saaaangat suka, kami berlaku sepuas-nya,semua permainan kami coba,mulai dari komedi putar hingga rollkoster. Hingga-sampai kami lalai tahun. Masa ini telah sore, akhirnya kami pulang kerumah masing-masing. Sejauh aku tetap bersamanya,hidupku akan terasa doyan dan bahagia, biar diejek teman-temanku, karena ada dinda yang burung laut menghiburku. Tapi, lega suatu hari ia tak hadir ke sekolah, setelah pulang sekolah aku kerumah-nya. Tapi apaa? dirumahnya pun kosong, aku sangat mangut, kenapa hari ini dinda tak ada, galibnya kalau anda mau memencilkan anda selalu memberi tahuku, tapi kali ini enggak. Aku bingung sekali. Akan datang harinya, disekolah dinda masih enggak hadir. Aku pula juga lagi kerumah-nya, dan masih tidak ada cucu adam-nya. Besok hari nya sekali lagi disekolah dia tetap tidak hadir, kambali juga aku kerumah-nya dan masih lain ada. Saban hari aku menunggnya di sekolah tapi ia tak kunjung hadir. setiap hari lagi aku dirumah-nya masih enggak ada khalayak-nya. Karenanya, musim-hariku ku lewati sendirian, tidak lagi bersamanya,hari-hari pula bepergian dengan lain cak semau yang kepingin menjadi temanku, barangkali…itu karna hidupku yang miskin. Dikutip dari Persahabatan Yang Peroi Karena Cinta Oleh Arum Nadia Hafifi Sayang itu memang kadang takhlik orang lupa akan segalanya. Karena selalu kita relakan apapun yang kita miliki. Bagi kaum wanita menganakemaskan itu lebih baik daripada dicintai. Jangan terlalu mengharapkan sesorang nan belum tentu mencintai kita tapi terimalah anak adam yang sudah memanjakan kita apa adanya. Mencintai tapi tidak dicintai itu begitu juga olahraga lama-lama supaya kerempeng tapi hasilnya nggak kurus-kurus. Belajarlah mencintai diri sendiri sebelum anda mencintai manusia lain. Gue Amel pesuluh papan bawah X. Dulu gue rajin menolak dan menelantarkan orang nan menganakemaskan gue, tapi waktu ini sampai-sampai tebalik gue rajin diabaikan sama khalayak nan gue cintai. Gue suka ekuivalen teman sederajat gue dan terlalu dia itu antiwirawan dekat gue, udah lumayan lamalah. Cowok itu namanya Nino momongan rohis. Gue doyan sama beliau berawal berusul perkenalan terus berteman lama-lama dekat dan akhirnya gue bintang sartan terjerat gini. Oh iya gue n kepunyaan temen namanya Arum, ia temen gue dari SMP. Arum gue dan Nino itu berteman hampir sejak turut SMA. Suatu tahun gue ngeliat Arum sama Nino itu bercanda bareng dan mereka akrab banget sebagai halnya orang cak berpacaran. Andal gue cemburu, tapi gue nyembunyiinn itu dari Arum. Lama-lama capek kembali mendam rasa gemar kayak gini. Alhasil gue mutusin untuk cerita setimbang Arum. “Rummmm gue mau ngomong sesuatu, tapi jangan bilang siapa-mana tahu” “Ngomong segala apa?” soal Arum “Jujur gue doyan sama Nino udah lama, dan gue cemburu kalo lo dekat sama Nino!” Jawab Amel “Lo suka Nino? Serius?” Tanya Arum “Iya, tapi lo jangan bilang Ninonya” gertak Amel “Iyaiya belas kasihan ya kalo gue udah cak bagi lo dengki” “Okee” Amel makin lama makin rapat persaudaraan dan Amel susah buat ngelupain Nino. Amel berfikir Nino nggak akan pernah tertawan setara Amel. Walau Amel udah ngerasa begitu juga itu tapi dia konsisten berjuang. Tanpa disadari Arum ternyata lagi suka seimbang Nino. Amel mengetahui kalo Arum suka sekelas Nino. Nggak disengaja Amel membaca daya diary Arum. Disitu teragendakan curhatan Arum tentang perasaannya kepada Nino. Pasca- Amel membaca pusat diary Arum, dia merasa kecewa karena temen koteng juga suka separas cowok nan setimbang. Tapi Amel berfikir rasa gemar itu datangnya tahu-tahu jadi siapa pun berhak untuk suka setinggi Nino. Amel tetap terus berjuang mengambil hati Nino, walau harapanya kecil. Di taman sekolah Amel melihat Arum dan Nino sedang berincang-bincang, tapi ini selisih mereka tertentang serius. Amel penasaran dan kesudahannya beliau nguping dibalik pohon. “Ruummm gue doyan sama lo, lo mau nggak jadi pacar gue?” Tanya Nino Arum kaget dia mencacau harus jawab barang apa, tapi akhirnya Arum mengakui Nino jadi pacarnya sonder memikirkan perasaan Amel sahabatnya sendiri. “Iya aku mau” Jawab Arum Amel yang mendengar jawaban Arum dibalik pokok kayu tergegau, dia enggak beranggapan sahabatnya akan tega. Minus berfikir Amel keluar dari belakang pokok kayu. “Rumm lo pacaran ekuivalen Nino? Congrast ya lo udah bikin gue nyeri hati” Arum dan Nino terkesiap tiba-mulai Amel muncul dari belakang pohon dan sejumlah sperti itu. “Maafin gue Mell, tapi gue cinta sama Nino” “Yaudahlah” Amel simultan pergi meninggalkan Arum dan Nino. Perasaanya kacau balau nggak karuan, beliau masih bingung kenapa temannya tega melakukan hal itu. Padahal Arum tau kalo Amel udah lama ngejar-ngejar Nino. Persahabatan dapat mengabu semacam itu doang karena selalu. Utamakan sahabat mu ketimbang pacarmu karena orang yang bakal selalu suka-suka disaat kamu senang dan sulit itu sahabat. Persahabatn nan dijalin cukup lama bisa hancur seketika karena masalah cinta. Dikutip mulai sejak Kado Terakhir Untuk Sahabat Maka dari itu Dimas Bagus Dewantara Panca tahun sebelum kawanku pindah jauh disana. Selepas makan siang, aku langsung pun beranjak ketempat aku bermain dengan sahabatku. “hei, kemana saja beliau? Daritadi aku nungguin” Tanya sahabatku yang bernama Alvi. “tadi aku makan siang dulu” jawabku sederum menahan ki gua garba yang mumbung dengan makan siang “ah ya sudah, mari kita lanjutkan namun mainnya” sahut Alvi. Tidak lama detik aku & Alvi sedang asyik bermain congklak, Rafid adiknya Alvi menclok menghampiri kami berdua. “kak, aku pengen sejumlah” kata Rafid “bilang segala?” sahut Alvi penasaran “kata buya, sebentar lagi kita buangan” jawab Rafid “hah? Bermigrasi kemana?” tanyaku memotong pembicaraan mereka “ke Bengkulu” jawab Rafid dengan singkatnya “ya udah kak, ayo disuruh pulang sama ibu buat makan siang dulu” ajak Rafid ke Alvi “iya deh.. ehm.. Alma, aku pulang habis ya aku mau makan siang” sebut Alvi “eh, iya deh aku juga cak hendak pulang kalau gitu” sahutku tak kepingin kalah. Sesampainya dirumah aku langsung masuk kedalam kamar & entah kenapa perkataan Rafid yang belum karuan tersebut, terlintas juga ke pikiranku. “Andai perkataan tersebut benar, bukan terbayang bagaimana perasaanku tulat” ujarku sreg paradigma yang menatapku menjemukan “nah daripada aku menimang yang belum tentu bertambah baik aku mendengarkan nada saja” ujarku kembali sambil beranjak mengambil mp3. Tak lama kemudian aku mendengar sebuah pembicaraan, yang aku tau suaranya mutakadim tak asing pula bagiku adalah makhluk tuaku & hamba allah lanjut umur Alvi sahabatku. Aku mencoba memfokus pintu kamar cak bagi mendengarkan pembicaraan itu. Tak lama tanganku keringat anyep, aku sudah mendapatkan inti ura-ura ternyata benar apa yang dikatakan Rafid pada Alvi tadi siang bahwa mereka akan pindah kurang lebih sebulan lagi. Lemas sudah tubuhku sesudah mendengar kabar itu, tiba-tiba ibu mengetuk kamarku & mengagetkanku yang sedang merayang itu. *Tok3X… “Alma, kamu menyikap pintu kamarmu ya” Cak bertanya ibu sambil mencoba membuka bab “enggak kok” jawabku dengan lemasnya “kamu kenapa.. ayoo beber kamarmu!!” teriak ibu “iya.. sebentar” sahutku sekaligus membuka pintu. “ngapain kamu mengunci kamar?” Tanya ibu. “gak knapa2… tadi aku memang lg duduk didepan gapura” jawabku sambil menoleh keruang tamu yang berhadapan dengan kamar tidurku. “ya sudah, tadi sosok tuanya Alvi bilang seandainya mereka ingin pindah bulan depan” “iya, aku sudah tau” sahutku lagi ke kamar tidur. “oh kamu tidak sedih teko?” Soal ibu nan menghampiriku. “…” tak kujawab tanya ibu. “hm.. nah tak usah dibahas dulu.. sana tidur siang dulu supaya akan datang malam bisa mengamalkan PR” ujar ibu sembari menyapu elus rambutku. “iya…” jawabku singkat. Esoknya tepat dihari Minggu, matahari pagi menyambutku. Suara miring ayam jago berkokok dan jam beker menjadi suatu. Saja, aku setia saja masih ingin ditempat tidur. Sampai sampai ibuku memaksaku untyk lain bermalas malasan. “Alma, ayoo bangun.. perempuan gak baik sadar kesiangan” ujar ibu spontan melipat selimutku. “sejenang lewat lah.. aku masih ngantuk” sahutku sambil menarik selimut ditangan ibu. “itu Alvi ngajak kamu main.. ayoo ingat!!” ujar ibu sekali lagi sambil mengeleng gelengkan majikan. “oh oke oke” sahutku jiwa karena ingat bahwa Alvi akan mengimbit sebulan pun. Silam, aku serentak beranjak dan taajul lari keluar kamar tidur bagi mandi & sarapan. Setelah itu Alvi tiba-tiba menghinggapi rumahku “Assalamualaikum, Alma!!” panggil Alvi bersumber depan apartemen. “walaikumsallam, iya!!” sahut ibuku yang beranjak keluar flat. “oh ibunya Alma, ada Alma nya gak?” Tanya Alvi. “Alma nya lagi sarapan, sebentar ya tunggu dulu aja. Sini timbrung” jawab ibuku. “iya, terimakasih” sahut Alvi. Ketika aku sedang asyik asyiknya makan pagi, Alvi mengagetkanku. “Alma, makan terus kau ini” tutur Alvi langsung tertawa. “yee, ngagetin saja kamu ini. Aku laper tau” sahutku sambil melanjutkan sarapan. “kok gak bagi-bagi aku sih” Tanya Alvi sambil menyengir jaran. “engkau mau, nih aku ambilin ya” jawabku sambil mengambil piring. “hahaha.. enggak, aku sudah lalu makan, kau saja sana gendut” sahut Alvi sambil tertawa terbahak bahak. “ ya sudah” jawabku kembali serempak membuang wajah. Lain berapa lama kemudian, sarapanku habis lalu Alvi mengajakku dolan games. “sudah lalu kan, ayoo main saat ini” serigala Alvi semangat. “aduh, selincam dong. Perutku penuh sekali ini” sahutku letoi karena biasanya makan. “ah ayolah, makanya jangan makan banyak-banyak. Kalau gitu kapan mau dietnya” ujar Alvi menyindirku. “ya sudah ya sudah.. ayoo mau main apa?” ajakku masih malas. “Vietcong ayo tempur tempuran” jawab Alvi semangat seperti pahlawan jaman lalu. “hah, okedeh” sahutku sambil menyalakan laptop milik ayah. Dikutip terbit Cerpen Sahabat Selamanya Hai namaku Michael Alyesha. Aku masih duduk di amben papan bawah tiga SD. Aku memiliki koteng sahabat dia bernama Chika jessi, tetapi aku seiring memanggilnya dengan sebutan chika. Periode-hariku selalu penuh dengan canda dan gelak bersamanya. Masa kamis lagi menginjak saatnya aku sekolah dengan giat. Michael pun segera bangun mulai sejak tempat tidurnya. “Umm.. pagi nan sangat cerah” kata Michael “Michael silakan bangun ini mutakadim jam kamu bangun tersisa pula?” ujar si mamah “oke mah” ujar Michael dengan santai Michael kembali segera menguasai tempat tidurnya dan buru-buru bersiram. Sehabis itu Michael dihampiri oleh keseleo seorang sahabatnya yang bernama chika. “Michael cepat beliau sudah lalu ditunggu chika didepan” tutur sang mamah dengan tebak marah, karena Michael pulang ingatan primitif dan chika juga tiba sampai sekolah. Bell sekolah lagi sudah berbunyi. kami empat mata pun duduk, kerjakan mengimak pelajaran. Tahu-tahu suka-suka seoarang cewek nan ikut keruang kelas kami. “Oh iya momongan-anak kita kehadiran tamu berasal panitia lomba membuat cerpen. Momongan-anak bu temperatur kepingin memunculkan sebuah pengumuman” kata bu guru “iya bu…” seru pelajar-muridnya “ini terserah tanding menciptakan menjadikan cerpen tingkat ii kabupaten yang diselenggarakan pada hari pekan 02 april 2022, tempatnya di SMP 2 JAKARTA jikalau ada nan mau turut lomba ini, lekas mendafatarkan diri ke kak nita itu panitia lomba membentuk cerpen” kata buguruMichael sangat antusias bagi mengimak adu itu. “kak aku mau ikutan adu menciptakan menjadikan cerpen” ujar Michael dengan semangat “baik… label adek siapa, kelas bawah berapa dan umurnya berapa?” introduksi kak nita dengan suara nan sangat lembut “namaku Michael Alyesha, aku kelas bawah tiga SD, umurku 9 perian kak, oh iya kak berfaedah lombanya lewat 2 perian lagi ya?” kata Michael “iya dek, lombanya tinggal 2 hari sekali lagi” jawab embak nita “apakah ada yang mau turut lagi, selain Michael?” Tanya bu guru “Tidak ada bu…” seru para muridBell pulang sekolah pun mutakadim berbunyi. Saat di avontur mau pulang chika bertanya kepada Michael. “Michael kamu etis cak hendak ikut lomba membuat cerpen?” Tanya chika “iya aku mau ikut lomba membuat cerpen, emang kenapa chik?” jawab chika “iya tidak papa sih… oke deh akan datang periode kamu lomba aku pasti untuk datang deh. Buat nyemangatin kamu hehe…” alas kata chika “makasih ya chika. Dia memang sahabat aku yang paling kecil oke deh” ujar Michael Keesokan harinya. aku dan chika main sore disebuah taman “chika aku udah buat cerpen nih… judulnya SAHABAT SELAMANYA, tapi bagus nggak ya chik?” soal Michael dengan wajah pesimis “coba aku lihat ceritanya… tapi mulai sejak judulnya si udah bagus. kayaknya isinya juga bagus deh” kata chika Setelah chika membaca cerpen yang dibuat oleh Michael. “wahh… Michael kamu hebat, sira dapat lakukan cerpen sebagus ini” tutur chika “makasih atas pujiannya chik. Tapi apa bersusila chik cerpen buatanku bagus?” soal chika dengan wajah heran melihat chika yang senang ketika membaca cerpennya “iya benar masa aku bohong sama beliau hehe…” ucap chika “hufftt… besok lomba membuat cerpennya pula. Aku kok jadi takut gini ya chik” ucap Michael “nggak usah takut, kamu harus konstan semangat jangan terbang semangat oke… besokkan suka-suka aku dan keluargamu datang kesana buat nyemangatin kamu… oke” sebut chika kepada Michael “oke deh… makasih ya chik, anda udah nyemangatin aku” kata Michael “iya sederajat-sama Michael” kata chikaKeesokan harinya, kejuaraan kembali hampir dimulai “heyy… Michael arwah ya!!! Semoga kamu menjadi pemenang oke” kata chika “oke chik… zikir’in aja biar aku jadi jago ya” pengenalan Michael “eh tuh… lombanya udah mau dimulai kesana gih. Roh ya Michael Alyesha !!!” ujar chika “ya udah aku kesana habis ya mah, mengampu, chika” ujar Michael “Semangat!!!” seru mamah, papah Michael dan chika sahabatnyaDan kejuaraan pun telah selesai. Saatnya para hakim mengiklankan bisa jadi pemenang dari kejuaraan membuat cerpen. “Inilah saat-ketika nan kita tunggu yaitu mengiklankan kelihatannya pemenang dari perlombaan ini” kata juri “Dan pemenang jago permulaan adalah… Michael Alyesha… cerpen yang berjudul SAHABAT SELAMANYA” ujar sang juri dengan suara miring yang seru “horee… aku menang” ujar Michael dengan semangat “Michael ia hebat, selamat ya sahabatku…” ujar chika “makasih ya chika… makasih sekali lagi atas dukunganmu sepanjang ini. Kamu emang sahabat aku yang minimum setia hehehe…” kata michael “Iya selaras-sama Michael. Oh iya walupun kamu sudah menjadi juara, ia tidak bisa menggadang ya hehe…” introduksi chika “karuan chik, aku akan selalu taat menjadi Michael yang burung laut tahir dan tidak kontak bergaduk hehe…” kata Michael kepada chika “oh iya buat mamah selevel papahku, aku kembali mau berterimakasih kepada kalian. tanpa adanya kalian disini aku tidak bisa sehebat ini. Syukur ya mah, pah D” tutur Michael kepada mamah papahnya Dikutip terbit Hari Ini Akan datang Dan Selamanya Musim seakan cepat berlalu, langkah tungkai kini tak lagi selevel. Aku selalu bingung dan bosor makan ingin bertanya pada tuhan. Apa keefektifan dari sebuah persahabtan nan indah dan abadi? Adakah sahabat sejati itu? “hai ri?” sebuah suara miring mengendalikan lamunanku. Tuan suara itu adalah, milik sahabatku seli. Tetapi bagiku engkau hanyalah sendiri nan ada ketika aku tertawa, namun pergi ketika aku menangis. “ada apa rumah pasung?” “mmmm anda udah ngerjain pr matematika belum?” “udah, emangnya kenapa?” “boleh dong?” Ya, aku tau sebab mengapa engkau bertanya seperti itu. Ia datang karena dia medium membutuhkanku. Kriiinngg… Suara miring bel pulang sekolah. Tampak anak-anak smp negri 1 dermaga berhamburan keluar inferior. Laangkahku masih terasa lesu dengan pertanyaan pertanyaan yang belum satu orang pun bisa menjawabnya. Bahkan aku koteng yang mewujudkan pertanyaan itu. Tuhan adakah sahabat tulus itu? “aku berharap periode ini aku boleh menemukan dia.. Dia sahabat sejatiku. Bukan ia yang sudah lama di sampingku namun memencilkan ketika rintihan membasuhi pipiku. Walau singkat perjumpaan, tapi aku kepingin selamanya dia ada dalam setiap tangisan, gelak, duka, suka yang akan merias perian hariku. Tuhan aku minta..” gumamku dalam langkah yang tak lagi sama Minus pulang ingatan “bruuukkk” Semua isi tas ku bertaburan keluar, secara bersamaan cucu adam yang ku tabrak juga membantuku untuk mengalir perlahan-lahan. Pasca- bola mataku menatap paras beliau nan membantuku berdiri, heningan serta sepenggal kenangan terlintas n domestik benakku. Flashback “dian, perginya berapa lama?” tanyaku dengan wajah boncel 5 musim “aku berangkatnya cuma segini, mengapa.. Riri gak usah seram, kita centung punya janji sahabat hari ini esok dan selamanya” jawab loleng sambil menunjukan 7 jarinya, entah itu tujuh hari, tujuh rembulan alias bahkan sapta tahun. Karena saat itu wajah cahaya muka polos masih terpasang dalam wajahku dan tanglung sahabat kecilku. Bungkam, hening, haru kini terpadu privat sanubariku ketika aku berhadapan lagi dengan sahabat kecilku dian. Ya, sekarang aku tau jawabannya, tujuh tahun dia pergi meninggalkanku. Syukur tuhan, pertanyaan itu kini terjawab oleh kenangan “sahabat hari ini esok dan selamanya” janji itu beliau balas hari ini. Kelihatannya waktu mutakadim aku buang percuma dengan pertanyaan soal nan membentuk waktuku tersingkir. Di dekatku.. Di hatiku ada sepenggal memori yang akan sering ku simpan yaitu “sahabat hari ini kelak dan selamanya” Dikutip dari Persahabatan 3 Serenceng Nan Mulai Melesap Namaku Lintang, aku punya 2 sahabat yang bernama Peri dan Wulan. Kami sudah lalu lama merenda hubungan persahabatan. Bahkan, kami mempunyai grup untuk pertemanan kami yang bernama “3 Seuntai”. Saban hari, kami selalu bersama. Namun, karena kami masing masing masih membiasakan, persuaan kami juga makara terbatas. Hanya malam pekan kita ketemuan. Saking jarangnya, Ada salah suatu dari kami yang mengkhianati grup persahabatan kami. Dialah Dewi, Sahabat yang sudah aku dan Wulan anggap BFF, ternyata mengecong persahabatan kami. Peri mempunyai kebalikan selain aku dan Bulan. Namanya Indah. Entah kenapa setelah kami jarang bertemu dan berkumpul, Dewi bahkan main terus setinggi Indah. Tak itu saja, mereka juga menciptakan menjadikan grup “2 Kembaran”. Saat liburan, kami kembali berkumpul. Namun, ada yang aneh. Dewi silam erat dengan Mulia. Dewi pun, berubah drastis pasca- bertemu Indah. Contohnya saja, Dewi cuek terhadap aku dan Wulan. Somplak aku dan Dewi sakit hati. Aku dan Wulan sering chatting bersama mengenai Peri. Lintang Kenapa ya sekarang Dewi berubah sebanding kita? Bulan Iya, aku juga ngrasa aneh setinggi Dewi, mungkin karena kita jarang ketemu kali ya? Ternyata oh Ternyata, Dewi dihasut oleh Indah temtang hal situasi yang lain faktual. Aku dan Rembulan langsung lindu lever. Setelah kami klarifikasi, semua kembali lumrah. Dikutip terbit Sahabatku Masa hari penuh kegembiraan nan kulalui bersama sahabat baikku. Aku lalu demen bisa bersamamu. Ulima, dia adalah sahabatku. Umurnya proporsional denganku yaitu 13 musim. Dia manis,hidungnya mancung, dan rambutnya tahapan. Kamu juga pintar,rendah hati,dan baik kepada semua orang. Aku dahulu dekat dengannya saat kelas 1 rajin merencana dan bercanda bersama. Sangat mengasyikkan mempunyai sahabat seperti mana dia. Dikala aku sedih dia selalu menghiburku dan memberiku semangat. Dia selalu ada aku mendapat masalah aku pelalah cerita kepadanya dan dia memberiku bantuan,dia juga mengajariku pelajaran yang menurutku selit belit. Dia adalah sahabat yang baik dan aku bukan akan melupakannya. Dikutip berusul Nah, itulah 7 lengkap narasi pendek cerpen tentang pertemanan yang dapat saya bagikan, yang tentunya bisa Sira kutip buat tugas Anda. Kisah sumir tersebut saya cukil terbit situs Brainly nan sudah lalu terverifikasi kebenarannya, dan untuk yang lainnya bisa Anda cari koteng di situs Demikian artikel yang dapat saya bagikan mengenai kisahan pendek dan semoga berjasa. Source 3 menitContoh cerpen tentang pahlawan yang bisa menjadi ide tepat bagi kamu menyambut Hari Pahlawan pada 10 November. Yuk, simak beberapa referensi cerpen tentang hari pahlawan! Property People, sebenta lagi masyarakat Indonesia akan menyambut Hari Pahlawan pada 10 November 2022 mendatang. Ada beragam cara untuk memeriahkan hari bersejarah itu, misalnya membuat caption hari pahlawan di media sosial, pembacaan puisi pahlawan, hingga mengikuti pidato hari pahlawan. Kamu juga bisa membuat cerpen tentang Hari Pahlawan 10 November untuk mengenang jasa para pendahulu yang rela berkorban dengan kemerdekaan bangsa Indonesia. Berita Indonesia telah menghimpun dari berbagai sumber, berikut beberapa cerpen tentang perjuangan pahlawan yang bisa menjadi inspirasi. 1. Cerpen tentang Pahlawan Soekarno SOEKARNO Presiden pertama Republik Indonesia ini bernama Soekarno, atau mungkin kita lebih akrab mendengar panggilan Bung Karno. Soekarno lahir di Blitar pada 6 Juni 1901. Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa sekolah dasar hingga tamat, Soekarno indekos di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto HOS Tjokroaminoto yang merupakan politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS Hogere Burger School. Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah memupuk rasa nasionalisme dalam sanubarinya. Usai lulus HBS pada tahun 1920, beliau pindah ke ibukota Jawa Barat dan melanjut ke THS Technische Hoogeschool atau sekolah Teknik Tinggi yang sekarang disebut sebagai Institut Teknologi Bandung. Beliau pun berhasil meraih gelar insinyur pada 25 Mei 1926. Kiprah Soekarno pun berlanjut ke bidang politik. Kemudian, sang proklamator merumuskan ajaran Marhaenisme serta mendirikan sebuah partai yang bernama PNI Partai Nasional lndonesia pada 4 Juli 1927. Tujuan diberdirikannya partai ini adalah untuk menuju Indonesia merdeka. Kompeni yang tidak senang dengan pergerakan Soekarno mengambil tindakan agar pemerintahan Hindia-Belanda saat itu masih bisa berdiri kokoh di tanah jajahannya. Akibatnya Belanda menjebloskan Soekarno ke penjara Sukamiskin yang berada di di Bandung pada 29 Desember 1929. Soekarno harus menunggu delapan bulan dipenjara sebelum disidangkan. Dalam pidato pembelaannya yang berjudul “Indonesia Menggugat”, beliau menggambarkan kondisi politik internasional dan keadaan rakyat Indonesia di bawah belenggu kolonialisme. Pembelaannya itu membuat Belanda semakin marah sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, beliau bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan diasingkan ke Ende, Flores, pada tahun 1933. Empat tahun kemudian ia dipindahkan ke Bengkulu. Setelah menelan berbagai pil pahit, perjuangannya tidaklah sia-sia. Pada Agustus 1945 ia bersama Moh. Hatta dan tokoh nasional lainnya menyusun naskah proklamasi yang akhirnya dibacakan pada 17 Agustus 1945. Pembacaan naskah ini sekaligus mengukuhkan kedaulatan Republik Indonesia. **Sumber 2. Cerpen tentang Pahlawan Nasional Sumber 3. Cerpen tentang Pahlawan Wanita KISAH CUT NYAK DIEN Cut Nyak Dien adalah Pahlawan Nasional Indonesia yang lahir pada tahun 1848 di kerajaan Aceh. Ia terlahir dari garis keluarga bangsawan yang mengutamakan pentingnya pendidikan agama untuk keluarganya. Cut Nyak Dien terlahir dari orang tua bernama Teuku Santa Setia dan Putri Uleebalang Lampagar. Ia di karuniai seorang putra dari hasil pernikahannya dengan Ibrahim Lamnaga. Lalu ia memiliki putra kedua dengan pernikahan keduanya bersama Teuku Umar bernama Cut Gambang. Cut Nyak Dien memukul mundur para penjajah Belanda bukan tanpa halangan. Cut Nyak Dien dan Teuku Umar di ketahui melancarkan taktik Hed Veraad. Taktik Hed Veraad ini memaksa pasangan suami istri tersebut pura-pura bergabung dengan penjajah Belanda. Kemudian setelah mengetahui rencana Belanda Cut Nyak Dien melancarkan aksinya untuk merebut kekuasaan dari tangan penjajah. Namun, Teuku Umar gagal pada saat menyerang pasukan Belanda dan kalah. Tonggak perjuangan melawan penjajah kemudian dilanjutkan oleh Cut Nyak Dien yang kala itu berusia masih sangat muda. Namun, sayangnya Belanda mampu menangkapnya di Beutong Le Sageu. Namun, perjuangan Cut Nyak Dien untuk Indonesia telah tercatat sebagai pahlawan nasional. Dan ia merupakan salah satu nama pahlawan yang terkenal di Indonesia. **Sumber 4. Cerpen tentang Pahlawan Indonesia Sumber 5. Cerpen tentang Perjuangan Pahlawan Singkat Sumber *** Nah, itu dia beberapa cerpen tentang pahlawan untuk menyambut Hari Pahlawan 10 November. Semoga menginspirasi, Property People. Jangan lewatkan artikel lainnya di dan Google News Berita Indonesia. Sedang cari rumah impian untuk keluarga di Depok? Temukan beragam rekomendasi terbaiknya di dan Percayakan pada kami, karena kami selalu AdaBuatKamu untuk menemukan rumah terbaik seperti Cimanggis Golf Estate. Cek sebelum kehabisan! Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sore itu masih tampak cerah. Kedatangan senja belum terdengar kabarnya. Tapi kabar sebuah tangisan telah terdengar oleh Tulus. Kayu-kayu bakar yang telah dikumpulkannya dari hutan baru saja ia letakan di belakang rumah. Tulus segera masuk untuk mencari sumber suara di pintu dapur, adik Tulus sedang berdiam diri. Raut wajahnya susah ditebak. Antara kecewa dan sedih. "Kenapa dek?," tanya Tulus. Adiknya masih terdiam. Hanya dari pandangan matanya Tulus mencoba mencari jawaban. Mata itu tertuju pada sosok perempuan setengah tua yang duduk di pojok dapur. Ia adalah Ibu kedua anak itu. Tulus dan adiknya. Barulah Tulus tau, suara tangisan itu keluar dari mulut Ibunya. "Kalaulah ayahmu pulang, tentu Ibu akan belikan kamu mainan," berkata Ibu di sela-sela isak tangisnya. Tulus mulai mengerti akar permasalahan keadaan di dapur rumahnya. Seperti biasa, adik terus meminta mainan yang diinginkannya. Dan Ibu nampak masih belum sanggup membelikannya. Tak salah juga adik Tulus meminta mainan. Diantara anak-anak kampungnya, adik Tulus termasuk anak yang paling terbelakang dalam hal memiliki mainan. Tulus sendiri sering merasa bersalah karena tak sanggup membelikannya. Mengharapkan uang dari Ibu juga agaknya susah. Ibu hanyalah seorang pedagang sarapan dipagi hari. Penghasilannya hanya cukup untuk makan sehari-hari, uang jajan dan sekolah Ibu baru membelikan mainan buat anaknya ketika ayah pulang. Tetapi hampir setahun ayah masih di perantauan. Uang hasil kerjanya pun selama itu tak pernah sampai ke keluarga Tulus. Hal semacam itulah yang nampaknya membuat ibu bersedih. Menangisi keadaan agaknya mengerti kenapa Ibu menangis sampe sebegitunya. Yang pertama karena ibu melihat anaknya bersedih, kedua karena Ibu tak mampu memenuhi keinginan anaknya, dan ketiga karena suaminya sudah lama tak kunjung ada kabar Ibu tetaplah seorang perempuan yang tegar, sabar dan terus bekerja keras. Tegar dalam menghadapi permasalahan, sabar dalam menerima keadaan dan terus bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Ia jarang sekali terlihat mengeluh, meski peluh tak pernah berhenti membasahi tubuhnya. Amat sedikit waktu untuknya menangis, meski berlapis-lapis kebutuhan keluarga ditanggung sendiri. Tak pernah Ibu terlihat putus asa meski asa baginya membahagiakan anak-anaknya peluangnya sedemikian kaulah pahlawan keluarga kami. Lihat Cerpen Selengkapnya Hai, Sobat Guru Penyemangat, kira-kira ada berapa banyak nama-nama Pahlawan yang kamu ketahui?Pastinya ada banyak, ya. Dan saking banyaknya nama-nama Pahlawan, kita pun hanya ingat beberapa darinya. Eh, gak gitu juga sih! HahahaDan, sadarkah kita bahwa di era masa kini pahlawan itu ada di mana-mana? banyak pahlawan yang sejatinya ada di dekat kita. Bahkan, mereka mungkin adalah orang yang kita temui, kita sapa, dan kita ajak untuk berbincang-bincang setiap pahlawan itu? Salah satunya adalah guruku, gurumu, dan guru kita semua. Berikut ada cerpen inspiratif tentang Guruku disimak ya SobatCerpen Guruku PahlawankuAku masih ingat kisah penuh emosi di kala itu. Saat di mana aku masih pertama kali mengenakan baju putih merah, berdasi dan bertopi dengan lambang Tut Wuri aku diminta wajib bersepatu hitam tanpa ada sedikit pun putih. Kewajiban itu harus kupenuhi karena akan jadi bukti bahwa aku benar-benar ingin sekolah. Atau, malah datang dengan malu-malu. Aku tidak punya teman, juga tidak punya bekal ijazah Bagaimana lagi, kata Ibuku, “Kamu yang semangat belajar ya, Nak. Ibu takbisa terus membawamu ke ladang yang jauh. Ibu sudah bilang kepada Guru agar kamu jadi anak bawang.”Aku mana mengerti yang namanya anak bawang. Yang kumengerti hanyalah datang ke sekolah bisa dengan jalan kaki, terkadang mendapat uang jajan, serta tidak boleh WIB aku sudah harus tiba di sekolah dan menaruh tas gandeng yang baru saja dibelikan Ayahku dari hasil jualan umurku waktu itu barulah 5 tahun. Kata Ibu, aku tidak perlu masuk TK karena lokasinya jauh di kota. Dengan keadaan yang seadanya seperti ini, bagaimana mungkin Ayahku bisa membiayai ongkos naik angkot desa ke kota jaraknya memang cuma 20 KM dengan ongkos angkot Mungkin bagi orang itu hanyalah angka uang yang kecil, bahkan tidak cukup untuk beli jajanan. Tapi bagiku?Sudah sangat besar.*“Dika, mulai besok Dika duduk di bangku depan di pojok kanan ya. Jangan lupa untuk membawa buku dan pensil.”Mulai detik ini, saban hariku disibukkan dengan aktivitas pergi dan pulang sekolah. Aku tidak pernah lupa untuk membawa buku pelajaran berikut dengan alat tulis. Tapi ada satu hal yang selalu dilupa, yaitu aku lupa bertanya kepada Buru Guru tentang apa itu anak sudahlah. Aku juga tidak terlalu peduli kala itu. Yang penting aku bisa bermain dengan teman, sesekali jajan ketika jam istirahat tiba, dan sepulang sekolah aku bisa membantu Ayah dan Ibuku di bahkan sangat bahagia karena setelah dua bulan bersekolah di SD, aku dibelikan sepeda oleh Ayah. Kata Ayah, sepeda ini boleh aku gunakan untuk kendaraanku menuju sekolah. Soalnya jarak ladang dari sekolahku lebih dari 1 cukup jauh bila ditempuh dengan jalan kaki.*Memasuki bulan keempat, entah mengapa aku di kala itu mulai sadar. Ternyata teman-teman sekelasku semuanya sudah lancar membaca dan mayoritas dari mereka adalah lulusan aku?Membacaku masih mengeja dua-tiga huruf, bahkan aku belum bisa membaca kata. Aku memang selalu menyempatkan diri untuk belajar di rumah, sayangnya kesempatan itu sering kali baru datang malam siang-sore hari aku biasanya membantu kedua orang tua di begitu, semangatku waktu itu tak kian surut. Soalnya Bu Guru begitu perhatian kepadaku. Sebagai seorang guru kelas, beliau dengan sabar mengajariku membaca, berhitung, serta mengulang kembali bacaan hingga menempel di sisi yang sama, semakin bertambah hari aku semakin lancar membaca dan berhitung. Biarpun belum lebih lancar daripada teman-teman, namun setidaknya aku sudah lebih memasuki semester kedua, aku mulai sadar betul mengapa Bu Guru memintaku untuk duduk di bangku paling depan pojok kanan. Karena selain dekat dengan papan tulis, aku juga bisa lebih fokus dalam belajar.*Nyaris dua bulan sudah berlalu sejak hari itu, dan sekarang aku sedang deg-deg-an menanti rapor. Aku sudah yakin bahwa diri ini tidak akan mendapat peringkat, bahkan 10 besar. Tapi entah mengapa, aku begitu setelah menerima rapor, aku pun turut bahagia karena di sana ada keterangan “Naik ke Kelas II”.Namun, pada saat aku ingin keluar kelas, secara tiada sengaja aku melihat Ibuku sedang mengobrol dengan Kepala Sekolah dan Bu Guru kelas terdengar olehku berkali-kali tentang ucapan “Anak Bawang” dan “Jangan Naikkan Anakku”.Seketika itu pula wajahku menjadi mendung. Aku sudah mulai mengerti tentang apa itu maksudnya “Anak Bawang”.Wajar, kok. Wajar bila aku tidak naik kelas. Selain faktor umur, sejak awal masuk kelas Ibuku pun sudah berpesan dan menitipkanku kepada Bu Guru kelas I sebagai anak sudah sangat bisa menerima keputusan begitu, mendungku terus-terusan disapu oleh pembelaan yang dilakukan oleh Bu Guruku. Beliau berkata kepada kepala sekolah dan Ibu bahwa aku layak dinaikkan karena sudah lancar membaca dan Aku tidak mau mendengarkan keberlanjutan kisah itu. Aku pun memilih untuk membeli sepotong coklat di kantin samping sekolah seraya mengembalikan mood yang sedang kelam ini.*Hari ini sudah siang dan aku pun sudah pulang bersama Ibu. Sesaat setelah sampai di rumah, ternyata sudah ada Ayah yang menyambutku dengan sepiring sate daging sapi dan sebungkus buah jeruk.“Lho, Ayah tidak ke ladang?”Ternyata Ayah sudah lama menanti kepulanganku. Beliau pun libur bekerja hari ini karena ingin melihat rapor hasil perkembangan meski sudah tahu bakal tetap duduk di kelas satu, aku pun tetap bahagia. Yang penting aku di hari ini sedikit lebih baik daripada aku yang dulu, khususnya soal berhitung dan membaca.*Sebulan berlalu sejak hari itu dan hari ini adalah hari Senin. Aku sudah bersiap datang ke sekolah, bahkan aku berangkat lebih pagi dengan di sekolah, aku langsung menaruh tas di bangku kelas I yang letaknya di pojok kanan. Aku bersiap menatap hariku seraya berharap agar bisa belajar lebih fokus lagi.“Eh, Dika. Kok kamu malah duduk di sini? Kamu salah kelas!”Tiba-tiba Bu Guru kelas I menegurku. Lho, apa yang salah dengan diriku. Memangnya ada kelas baru! Tanyaku dalam hati.“Dika. Kamu kan sudah kelas II, jadi ruanganmu di sebelah, ya. Nanti wali kelasmu adalah Pak Guru. Dika harus belajar lebih giat pokoknya.”“Lha. Bukannya kemarin kata Ibu, Dika masih anak bawang, Bu?”“Iya, anak bawang yang naik kelas. Dika sudah layak naik kelas kok. Bagaimana bisa Ibu biarkan di kelas ini.”Mendungku hari itu langsung hilang laksana awan tipis yang ditiup oleh angin. Ternyata aku yang kemarin anak bawang sekarang benar-benar telah naik Guru benar-benar pahlawanku, pahlawan yang tulus dan rela mengorbankan waktunya demi mengajariku. Beliau benar-benar sosok pahlawan yang sabar dan senantiasa tulusnya hati ini, aku hanya bisa berucap, “Terima kasih, Guruku”, karena engkaulah Pahlawanku.***TAMATDemikianlah sajian cerpen tentang Guruku Pahlawanku yang bisa Guru Penyemangat sajikan. Semoga bisa menginspirasi, ya. Karena terkadang pahlawan itu ada banyak di dekat BacaCerpen Pahlawan, Bukan Sok PahlawanCerpen Pahlawanku Inspirasiku Ayah Hai Sobat Guru Penyemangat, Setujukah Kamu Jikalau Kukatakan Bahwa Salah Satu Pahlawan Terbaik yang Ada di Dekat Kita Saat Ini Adalah Ayah?Aku rasa kita semua pasti setuju, ya. Ayah, Papa, hingga Abah mungkin tidak ikut berperang melawan penjajah, tapi nyatanya beliau adalah pahlawan pejuang masa depan tidak seperti pemimpin yang banyak bicara daripada kerja, dan Ayah pula tidak seperti orang lain yang enggan menghargai perjuangan Ayah, di sini ingin menyajikan cerpen tentang Ayahku langsung disimak yaCerpen Ayahku Pahlawanku“Nak, kita makan nasi sayur sebentar yuk, di warung makan yang di sebelah sana tuh.”“Ah, enggak mau aku, Yah. Aku enggak lapar, kok. Ayah saja yang ke sana.”“Enggak lapar bagaimana. Hari ini sudah sore, sedangkan sejak pagi tadi kamu belum makan.”Dari sudut pintu warung makan, terlihat seorang saptam dan anak gadis sedang berjalan seraya menatap hidangan. Keduanya mungkin sudah sangat lapar, namun sang anak sedang belajar berasa gadis itu adalah aku. Sedangkan satpam itu adalah Ayahku. Tepatnya satpam honorer yang bekerja mengawasi keamanan minimarket yang tidak jauh dari warung makan.“Mas, berapa harga nasi sayur di sini?”“Enam ribu, Pak.”“Oke, tolong buatkan satu porsi, ya.”“Satu saja, Pak?”“Iya.”Benar. Aku sudah tahu, kok. Ayah pasti memesankan nasi sayur untukku. Padahal aku tahu beliau sejak pagi tadi belum dari dulu memang begitu. Mentang-mentang sudah lama ditinggalkan oleh Ibu ke negeri barzah, beliau begitu pontang-pantingnya menyekolahkanku. Padahal aku bisa minimal aku bisa jadi kurir, atau pelayan di rumah makan. Untuk seorang gadis sepertiku, rasanya tidak terlalu penting harus sekolah tinggi-tinggi. Untuk apa juga coba. Palingan nanti pas udah nikah, kerjaanku cuma di dapur, kasur, dan sumur. Eh, kamar mandi ya kalo sekarang.“Nakdis Ayah, ini nasinya sudah datang. Makan gih!”“Ah, enggak mau, Yah. Masa cuma nasi sayur doang. Minimal nasi telur kek, atau nasi lauk ayam gitu.”“Hemm. Kamu kan tahu sendiri, Nak. Uang Ayah cuma segini. Syukuri saja dulu, mudah-mudahan kedepannya gaji Ayah naik.”Aku sejatinya tidak pilih-pilih soal makan. Sengaja aku menolak, karena jika tidak begitu, Ayahku tidak akan pernah mau makan.“Nak, ayolah, makan. Nanti kamu sakit lho, Ayah yang repot.”“Iya, deh.”Hemm. Ayah sudah memaksaku. Mau apa lagi. Aku makan dua suapan saja rasanya sudah cukup.“Sudah ah. Bumbunya terlalu asin, Yah. Jadi enggak selera makan akunya.”“Masa sih. Coba Ayah makan. Perasaan ini warung nasi padang lho.”Aku sengaja berdusta, karena jika tidak begitu Ayahku tiada bakal mau makan.“Nasinya enak kok, Nak. Sayurnya juga. Mana ada yang keasinan.”“O iya, Yah. Aku mau langsung cari kerja saja ya, Yah. Tadi aku sempat bertanya kepada teman dan melihat brosur. Ternyata uang kuliah sangat mahal. Nilai SMA-ku juga tidak bagus-bagus amat. Jadi tidak ada jalur beasiswa untukku.”“Besar, ya. Memangnya berapa, Nak?”“Biaya semesternya 3 juta/semester, Yah.”Nah, kan. Apa aku bilang! Sontak saja Ayahku tertengun. Beliau bahkan tak sempat mengernyitkan kening tanda berpikir.“Tidak apa-apa, Nak. Ayah sanggup kok! Mulai besok Ayah bakal cari lembur dua kali dalam seminggu. Atasan Ayah baik, kok. Mudah-mudahan dia mau ngasih Ayah kesempatan pekerjaan tambahan.”“Tidak perlu, Ayah. Aku mau cari kerja saja. Minimal aku bisa membantu Ayah dan meringankan beban keluarga.”“Beban keluarga apanya, Nak? Keluarga Ayah saat ini hanya kamu seorang. Tidak ada yang lain lagi, Nak. Ibu sudah lama meninggalkan kita. Biarkan dia bahagia di alam sana. Kita yang harus berjuang.”“Pokoknya aku tidak mau kuliah, Yah. Aku takut berhenti di tengah jalan.”“Ayah yakin, Nak. Kamu pasti bisa menjalani rintangan ini. Ayah mau melihatmu mengenakan topi wisuda, Nak. Jangan hancurkan cita-citamu. Dulu kamu bilang sama Ayah bahwa kamu ingin jadi Dosen, kan? Bagaimana bisa kamu melupakan inginmu yang Ayah dengar nyaris setiap malam.”Benar, Ayah. Aku ingin sekali jadi dosen. Tapi keadaannya sekarang seperti memaksaku untuk membuang cita-cita besar ini takut Ayah kerja terlalu keras lalu sakit. Sudah sejauh ini, dan nyatanya Ayah adalah pahlawanku. Sosok yang menemani sepi, sedih, dan ramaiku. Ayah sudah cukup menderita.“Pokoknya kamu harus kuliah, Nak. Ayah akan langsung lanjut kerja, nih. Kalau perlu, Ayah akan berpuasa setiap dua hari demi membayar uang kuliahmu. Berapa pun harga masa depan, Ayah akan bayar!”Aku sedih. Rasanya hati ini begitu tergores bahkan tercabik-cabik saat aku meratapi keadaan. Entah mengapa dunia ini serasa begitu kejam. Tapi biar sekejam apa pun, aku tetap mencintai Ayahku.“Baik, Yah. Sudah, Ayah makan dulu sampai selesai. Hari ini Ayah tidak perlu lembur. Kita pulang dan istirahat, ya Yah. Aku bakal kuliah kok. Aku bakal menggapai cita-citaku, dan aku bakal membuat Ayah bangga.”Aku tidak lagi bisa menolak. Padahal hati ini begitu ingin untuk menyerah, tapi Ayah selalu saja menguatkanku. Ayah benar-benar berjanji sejak hari ini dan seterusnya bakal melakukan yang terbaik. Aku tidak mau lagi bersemayam di dalam lubung keputusasaan. Aku pasti bisa membuat Ayah bangga.*TAMAT***Nah. Demikianlah sajian Guru Penyemangat tentang cerpen Ayahku Pahlawanku. Mudah-mudahan cerita singkat di atas mampu menginspirasi kita semua, Baca Cerpen Guruku Pahlawanku

cerpen singkat tentang ibuku pahlawanku